Bola.com, Jakarta - Ruben Amorim dan Sir Jim Ratcliffe terlihat saling memberi pelukan singkat setelah Manchester United (MU) takluk dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa — momen singkat yang menangkap kepedihan di akhir musim yang mengecewakan.
Dalam laga final yang berlangsung di Bilbao, Kamis dini hari WIB (23-5-2025), MUÂ kalah tipis 0-1 dari Spurs. Amorim tampak kecewa, wajahnya mencerminkan hasil dari musim yang gagal membawa perubahan nyata.
Baca Juga
Advertisement
Bagi klub sekelas MU, finis di papan bawah Premier League tanpa trofi biasanya cukup untuk membuat kursi manajer ataupun pelatih kepala berguncang hebat. Namun, posisi Amorim tak serta-merta dalam ancaman, mengingat konteks kehadirannya di klub.
Pelatih asal Portugal itu bergabung di tengah musim untuk mengambil alih tim yang sedang terpuruk usai era Erik ten Hag. Ia juga belum mendapat dukungan penuh dalam bursa transfer musim panas, yang biasanya menjadi kesempatan krusial untuk membentuk ulang tim sesuai visinya.
Dalam kondisi seperti itu, kegagalan musim ini pun sulit sepenuhnya disalahkan kepadanya.
Rencana PSSI untuk mengizinkan 11 pemain asing bermain di Liga 1 musim depan menuai pro dan kontra. Kali ini, giliran pemain dan pelatih Persija Jakarta yang angkat bicara soal kebijakan ini. Apakah aturan ini akan mematikan talenta lokal? Atau justr...
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Momen Sunyi di Akhir Musim
Menurut laporan Manchester Evening News, Amorim dan Ratcliffe terlihat berbicara singkat setelah peluit akhir berbunyi.
Keduanya disebut menunjukkan ekspresi muram, dan hanya berbagi pelukan cepat — tanpa banyak kata, tanpa senyuman. Sebuah pertemuan yang wajar saja terasa canggung, mengingat besarnya ekspektasi yang belum terpenuhi.
Amorim tentu menyadari bahwa ia sedang berada dalam tekanan. Final Liga Europa merupakan peluang terakhir untuk menutup musim dengan sesuatu yang positif — bukan hanya trofi, tetapi juga tiket ke Liga Champions.
Kemenangan akan mengubah wajah musim ini dan memberi energi baru pada proyek jangka panjang yang sedang dibangun INEOS.
Sayangnya, kekalahan itu memupus segalanya. Kini, bukan hanya gelar yang hilang, tetapi juga partisipasi di kompetisi Eropa musim depan. Ini akan menjadi pukulan ganda bagi klub, bukan hanya secara prestise, tetapi juga dalam hal daya tarik di bursa transfer.
Meyakinkan pemain untuk bergabung — atau bahkan bertahan — akan menjadi lebih sulit tanpa Liga Champions.
Advertisement
Pilihan Besar Menanti INEOS
Ratcliffe dan INEOS kini menghadapi keputusan penting: apakah mereka tetap memberikan kepercayaan kepada Amorim, atau mulai mencari opsi baru untuk membawa klub keluar dari keterpurukan? Ini bukan pertanyaan yang mudah dijawab.
Amorim memang belum membuktikan banyak sejauh ini, tetapi ia juga belum diberi kesempatan penuh untuk membentuk timnya sendiri.
Musim panas mendatang akan sangat menentukan. Baik bagi masa depan Amorim, maupun arah baru MUÂ di bawah kepemilikan dan visi jangka panjang INEOS.
Â
Sumber: Give Me Sport