Bola.com, Jakarta - Dari sekian banyak keputusan yang dipertanyakan di Manchester United (MU) dalam setahun terakhir, menjual Scott McTominay kini muncul sebagai satu di antara yang paling fatal.
Jumat malam kemarin di Italia atau Sabtu dini hari WIB (24-5-2025), McTominay menutup musim debutnya yang luar biasa di Napoli dengan mencetak gol salto spektakuler yang membuka jalan menuju kemenangan 2-0 atas Cagliari dan memastikan gelar juara Serie A.
Baca Juga
Advertisement
Gol itu bukan sekadar penutup musim—itu adalah momen ikonik.
Sang gelandang Skotlandia berlutut dan menangis ketika peluit akhir berbunyi, disambut oleh lautan suporter Napoli yang memujanya seperti dewa, sebagaimana mereka pernah memuja Diego Maradona.
Di musim perdananya, McTominay langsung menjadi idola. Ia mencetak 12 gol dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Serie A, dengan pelatih Antonio Conte menyebutnya sebagai pemain yang "komplet".
Sementara itu, mantan klubnya, MU, justru terpuruk. Setan Merah finis di peringkat ke-16 Premier League dan baru saja kalah dari Tottenham di final Liga Europa. Maka, wajar muncul pertanyaan besar: bagaimana bisa MUÂ melepas McTominay?
Di ajang Yamaha Cup Race 2025, para pembalap muda Indonesia gak cuma unjuk skill di lintasan, tapi juga ngasih prediksi mereka soal siapa yang bakal jadi Juara Dunia MotoGP 2025!
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tekanan Finansial dan Aturan PSR
Scott McTominay, yang bergabung dengan akademi MU sejak usia lima tahun dan menjalani debut senior di bawah Jose Mourinho pada 2017, dilepas musim panas lalu ke Napoli dengan harga hanya 25 juta paun (sekitar Rp549,2 miliar)—sebuah angka yang kini terlihat sangat murah.
Manajer saat itu, Erik ten Hag, sebenarnya ingin mempertahankannya.
Namun, ia mengungkap bahwa keputusan tersebut terpaksa diambil karena tekanan aturan Profitabilitas dan Keberlanjutan (PSR) Premier League, yang membuat penjualan pemain akademi seperti McTominay sangat menguntungkan secara akuntansi.
"Saya tidak menginginkan ini, tapi klub harus menyesuaikan diri dengan aturan," ujar Ten Hag.
"Aturannya, saya bahkan akan menyebutnya buruk, tapi itulah realitasnya. Kami terpaksa mengambil keputusan ini."
"Scott sangat penting untuk tim. Ia telah berada di Manchester United selama lebih dari 22 tahun. Tapi, pada akhirnya, ini adalah kesepakatan yang baik untuk semua pihak—Scott senang, Napoli mendapatkan pemain hebat, dan kami bisa menjaga keseimbangan finansial," ungkap Ten Hag.
Advertisement
Tidak Pernah Menoleh ke Belakang
Keputusan untuk pindah ke Napoli sepenuhnya didorong oleh tekad McTominay sendiri. Ketika tawaran datang, ia tak ragu sedikit pun.
"Saya tidak menoleh ke belakang," katanya.
"Saya tahu ini yang saya inginkan, dan saya tidak akan pernah menyesal dalam hidup. Begitu saya memutuskan sesuatu, saya akan melakukannya sepenuh hati. Tak ada yang bisa menahan saya," lanjutnya.
Banyak Kritik untuk MU
Banyak pihak, dari mantan pemain hingga legenda klub, mengkritik keputusan MU tersebut.
Alan Shearer tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap perkembangan McTominay di Napoli, sekaligus kebingungannya terhadap apa yang terjadi di Old Trafford.
"Saya penasaran apa yang dipikirkan Scott saat melihat United sekarang—atau lebih tepatnya, melihat ketidakberhasilan mereka di lapangan," kata Shearer.
"Saya yakin ia menyadari bahwa keputusannya tepat."
Ole Gunnar Solskjaer, yang pernah melatih McTominay di MU dan kini membesut Besiktas, menyampaikan sentimen serupa.
"Scott dan Fred adalah pemain yang selalu bisa Anda andalkan untuk memberikan 100 persen," ujar Solskjaer.
"Bagaimana bisa mereka menjual Scott, saya sungguh tidak mengerti," tambahnya.
Advertisement
Mismanajemen Skala Besar
Namun, komentar paling tajam datang dari Graham Souness. Mantan kapten Liverpool itu menyebut keputusan menjual McTominay sebagai "kesalahan besar sejak era Sir Alex Ferguson berakhir".
"Ia berusia 27 tahun, tidak memberatkan gaji klub, dan dijual seharga 25 juta paun. Seseorang di United seharusnya angkat tangan dan berkata, 'Itu keputusan saya'," kata Souness.
"Ini contoh nyata dari mismanajemen dalam skala besar sejak Fergie pensiun," ulasnya.
Sementara MU kini bersiap menghadapi musim panas penuh ketidakpastian akibat kegagalan lolos ke kompetisi Eropa, McTominay justru menjadi simbol kebangkitan Napoli.
Ia menutup musim dengan prestasi pribadi dan kolektif, memicu pesta panjang di kota Naples yang tak akan segera dilupakan.
Â
Sumber: Metro