Bola.com, Jakarta - Bermain di Liga Champions adalah impian setiap pesepak bola. Kompetisi ini adalah puncak kejayaan klub, bahkan statusnya sering disandingkan dengan Piala Dunia di level internasional.
Namun, di balik kemegahan dan hiruk pikuknya, ada kisah-kisah kelam. Sepanjang sejarah, setidaknya ada empat klub besar yang pernah merasakan pahitnya larangan tampil di kompetisi paling elite di benua Eropa tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Liga Champions adalah panggung utama bagi klub-klub elite Eropa. Bayangkan Real Madrid, Barcelona, atau sesekali Manchester United bertarung demi trofi Si Kuping Besar.
Real Madrid, raja kompetisi ini, memimpin dengan koleksi trofi terbanyak, yakni 15 gelar juara. Diikuti AC Milan dengan tujuh trofi, lalu Liverpool dan Bayern Munchen yang sama-sama mengoleksi enam gelar.
Namun, tidak semua tim yang berambisi meraih gelar juara bisa terus melenggang mulus. Ada kalanya, ambisi harus terhenti karena sanksi tegas dari UEFA.
Hukuman tersebut adalah pukulan telak bagi klub, baik dari segi prestise maupun finansial. Berdasarkan laporan FourFourTwo, ada empat klub yang pernah merasakan sanksi larangan bermain di Liga Champions, dengan berbagai alasan dan durasi yang berbeda-beda.
Sanksi yang dijatuhkan menjadi pengingat pahit di balik gemerlapnya panggung Liga Champions, integritas dan kepatuhan terhadap aturan adalah hal yang mutlak. Pelanggaran, sekecil apa pun, bisa berujung pada konsekuensi yang sangat merugikan bagi sebuah klub.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Besiktas
Satu di antara klub besar Turki, Besiktas, pernah dihantam sanksi larangan tampil selama satu tahun. Hukuman tersebut datang setelah banding mereka di Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) ditolak.
Alasannya? Keterlibatan Besiktas dalam dugaan pengaturan skor di liga domestik. Yang lebih ironis, Besiktas digantikan klub Norwegia, Tromso.
Padahal Tromso adalah tim yang sebelumnya mereka kalahkan untuk mengamankan tiket ke babak gugur kompetisi tersebut. Sebuah pil pahit yang harus ditelan klub yang dijuluki Kara Kartallar itu.
Â
Advertisement
Fenerbahce
Tidak hanya Besiktas, rival domestik mereka, Fenerbahce, juga menerima nasib serupa. Klub raksasa Turki tersebut dijatuhi sanksi larangan berlaga di turnamen Eropa termasuk Liga Champions, selama dua tahun oleh UEFA pada 2013.
Klub yang dijuluki Sari Kanaryalar itu terlibat dalam skandal pengaturan skor yang sama dengan Besiktas. Banding Fenerbahce yang sempat memungkinkan bermain di Eropa untuk sementara waktu akhirnya gagal, dan harus menerima kenyataan pahit dijatuhi hukuman.
Â
Juventus
Mendengar nama Juventus dan larangan, mungkin Anda langsung teringat skandal Calciopoli pada 2006. Namun, kali ini ceritanya berbeda. Si Nyonya Tua justru terjerat masalah 17 tahun kemudian, kali ini dengan UEFA.
Juventus, yang telah memenangkan dua gelar Liga Champions pada 1985 dan 1996, dilarang bermain karena melanggar aturan Financial Fair Play (FFP). Bahkan, klub raksasa Italia ini dilarang tampil di semua kompetisi UEFA untuk musim 2023/2024.
Sebuah pukulan telak bagi klub sebesar Juventus.
Â
Advertisement
FK Pobeda
Dari keempat klub ini, nama FK Pobeda mungkin yang paling jarang dikenal. Klub asal Makedonia Utara itu menerima sanksi yang paling mencolok: larangan delapan tahun dari UEFA pada 2009.
Mereka terbukti memanipulasi hasil pertandingan dalam bentuk pola taruhan yang tidak biasa. Kasus ini merujuk pada kualifikasi Liga Champions melawan klub Armenia, FC Pyunik, lima tahun sebelumnya.
Meskipun larangan mereka dicabut pada 2017, presiden klub saat itu, Aleksandar Zabrcanec, dan pemain Nikolce Zdraveski, dilarang dari semua kegiatan sepak bola seumur hidup.
Sumber: Give Me Sport