Bola.com, Jakarta - Pelatih Timnas Inggris, Thomas Tuchel, mengungkapkan bahwa ibunya merasa jijik melihat sikap Jude Bellingham di lapangan, dan ia mengakui bahwa rekan-rekan setim Bellingham di Timnas Inggris pun bisa saja merasa terintimidasi oleh perilakunya.
Gelandang Real Madrid berusia 21 tahun itu kini menjadi bagian vital dari skuad Inggris. Akan tetapi, menurut Tuchel, agresivitas Bellingham terhadap wasit maupun rekan satu tim perlu diarahkan dengan lebih tepat.
Baca Juga
Advertisement
Dalam laga uji coba saat Inggris kalah 1-3 dari Senegal, Rabu dini hari WIB (11-6-2025), Bellingham tampak marah besar kepada wasit Stephanie Frappart yang menganulir golnya karena handball.
Setelah kekalahan tersebut di City Ground, ia juga meluapkan emosinya dengan menendang pendingin minuman. Ledakan kemarahan serupa pernah terlihat saat Inggris kalah dari Spanyol di final Euro 2024.
Kurang dari sebulan setelah membawa Tottenham Hotspur meraih gelar Liga Europa, Ange Postecoglou justru harus angkat kaki dari kursi pelatih!
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Anak Istimewa, tapi...
Kendati menyebut Jude Bellingham sebagai "anak yang istimewa", Tuchel juga memberi peringatan bahwa sikapnya bisa memicu reaksi beragam dari publik.
"Saya pikir dia punya sesuatu yang istimewa," ujar Tuchel dalam wawancaranya dengan Talksport.
"Dia membawa semangat yang kami butuhkan dan kami sambut karena hal itu dibutuhkan jika kami ingin meraih hal besar."
"Tapi, semangat itu perlu diarahkan. Energi itu harus diarahkan ke lawan dan tujuan kami, bukan untuk mengintimidasi rekan setim atau bersikap terlalu agresif terhadap wasit. Fokusnya harus pada solusi, yaitu kemenangan, dan kami sedang berusaha ke arah itu," lanjutnya.
Advertisement
Kekuatan dan Kekurangan Bellingham
Tuchel menekankan bahwa api semangat dalam diri Bellingham adalah kekuatannya. Namun, api itu juga datang dengan sisi lain yang bisa membuat orang merasa tidak nyaman, termasuk rekan setimnya.
"Dia punya semangat juang. Saya tidak ingin memadamkannya. Dia memang harus bermain dengan semangat itu," kata pelatih asal Jerman tersebut.
"Tapi, semangat itu juga disertai sikap-sikap yang bisa mengintimidasi orang lain, bahkan rekan satu tim. Kita bisa melihat ledakan emosinya terhadap wasit, kemarahan yang muncul dalam permainannya."
"Jika dia bisa menyalurkan itu dengan benar, dan kami bisa membantuny maka dia pasti bisa memberi sesuatu yang sangat sulit ditemukan — dia punya keistimewaan itu," kata Tuchel lagi.
Sisi Emosional Bellingham
Tuchel juga menyebut bahwa Bellingham secara pribadi adalah sosok yang cerdas, terbuka, dan menyenangkan. Namun, ia juga tidak menutup mata bahwa sikap emosionalnya bisa menimbulkan kesan negatif di mata publik.
"Dia anak yang baik dan sangat cerdas, sangat terbuka. Saya sulit membayangkan Inggris akan lebih baik tanpanya," ujarnya.
"Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana kita bisa mengeluarkan versi terbaik dari dirinya. Tapi, saya juga paham bahwa sikapnya bisa memunculkan emosi campur aduk."
"Saya melihatnya dari orang tua saya, terutama ibu saya. Kadang dia tidak bisa melihat sisi ramah dan sopan dari Bellingham yang saya lihat, tidak bisa melihat senyumannya."
"Kalau dia tersenyum, semua orang akan terpikat. Tapi, kadang yang terlihat adalah amarah dan semangat membara, dan itu bisa muncul dengan cara yang membuat orang merasa jijik. Contohnya, ibu saya, ketika menonton dari depan TV," ungkap pelatih berusia 51 tahun ini.
Meski demikian, Tuchel menegaskan kembali bahwa kehadiran Bellingham tetap sangat berarti.
"Tapi, secara keseluruhan, kami sangat senang memiliki dia. Dia anak yang istimewa," ucap Tuchel.
Â
Sumber: Metro
Advertisement